Pages

Monday, April 25, 2011

TRALIX GOES TO TURKEY

Tralix goes to turkey, April 2010.

Terpilih dan diberi kesempatan menjadi duta budaya bangsa ialah suatu anugerah besar yang sangat aku syukuri. Sebelumnya, tetapkan komitmen, jalani latihan yang begitu panjang, hingga mengadakan gelar pamit di Gedung Sapta Pesona ialah salah satu rangkaian kegiatan yang kami lakukan di tanah air tercinta terlebih dahulu.
Sebelum meninggalkan sekolah kami tercinta, pihak sekolah mengadakan upacara pelepasan bagi kami yang akan membawa nama bangsa dan negara ke dunia internasional. Dukungan dan doa selalu kami harapkan dari mereka semua. Hingga akhirnya hari Rabu, tepatnya pada tanggal 14 April 2010 itu tiba.
Pukul 19.15, kami lepas landas untuk tinggalkan tanah air dan mengemban misi budaya. Kami tanamkan bahwa ada Garuda di dada kami. Aku mulai tak percaya bahwa ini kenyataan. Karena, pikirku orangtuaku tak berikanku izin untuk hal ini. Namun, lama kelamaan pikiranku pun sirna.
Jam 6 pagi waktu Turkey kami tiba di Istanbul. Tepatnya di bandara Ataturk. Menghirup udara segar nan sejuk sangat ku nikmati, setelah sekitar 9 jam ada didalam pesawat. Kami sempatkan diri untuk berfoto dan berkeliling sembari menunggu bis yang telah kami sewa. Belum cocok dengan cuaca disana, sebagian besar dari kami merasa kedinginan.
Di Istanbul, kami diajak pergi ke tempat-tempat terfavorit oleh kakak-kakak dari Indonesia yang berkuliah disana. Kami mengunjungi Topkapi Palace, Blue mosque, Hipdrome park, Grand Bazaar, dan juga trip dengan boat. Lalu, kami kembali ke Ataturk Airport untuk meneruskan perjalanan ke Antalya. Tidak memakan waktu yang cukup lama. Hanya sekitar 1 jam saja, kami telah sampai di Antalya. Senang, namun turut sedih. Mulai ada masalah yang memang diberikan oleh Tuhan untuk kami selesaikan bersama. Teman satu tim kami yang bernama Manda, yang aku panggil Kak Manda karena ia lebih tua dariku, kehilangan kopernya. Semua anak telah mendapatkan kopernya masing-masing. Namun, hal itu tak terjadi dengannya. Dan ku berpikir, mulai dari situlah perjalanan kami mulai berwarna!
Belum selesai perjalanan kami. Di Antalya kami meneruskannya dengan mini bus menuju Kilim Hotel yang terletak di Fethiye. Malam itu temperatur udara sangatlah dingin, hingga minus! Apalagi di malam yang sangat dingin tersebut kami harus turun dari mini bus untuk makan malam. Aku akui, semua santapan terasa tak lezat di lidahku. Rasanya, semua badanku beku kedinginan. Setelah makan, kami segera masuk kembali ke dalam bus dan melanjutkan perjalanan kami yang belum selesai. Tujuan kami setelah ini ialah Kilim Hotel.
Sesampainya di Kilim Hotel, kami langsung mendengarkan pembagian kamar dan langsung pergi tidur. Tidur menjadi sangatlah nyenyak. Keesokan paginya kami sarapan di Kilim Hotel kemudian pergi menuju tempat yang sebenarnya kami tuju, yaitu Lykia World. Sebenarnya, kami di Kilim Hotel istilahnya hanya numpang tidur dan sarapan. Karena sesungguhnya hotel yang akan kami inapi ialah Lykia World. Pasalnya kami baru dapat check in di Lykia world jam 12 siang. Sedangkan kami sampai di Fethiye sekiatar jam 1 malam. Namun, sebelum ke Lykia World kami mampir dulu ke mini market untuk membeli kebutuhan yang kami butuhkan selama di Lykia World yang belum kami bawa dari Indonesia.
Sesampainya di Lykia World, kami sangat terpukau dengan pemandangan alamnya yang begitu indah. Diapit oleh laut biru yang menawan dan gunung kapur yang suci. Sebelum pembagian kamar, kami diajak berkeliling Lykia World yang sangat luas. Lykia World Hotel bukanlah terletak di Fethiye, melainkan di Oludeniz.
Hari-hari di Lykia World sangat menyenangkan. Lupakan kesedihan, dan mulai bermain. Tak hanya bersenang-senang loh disana. Kami juga mendapatkan banyak pelajaran. Khususnya mengenai perbedaan ras dan budaya. Yang kami dapat ialah bukalah mata dan lihat di dunia ini bukan hanya kita saja yang hidup, namun banyak ras dan budaya yang lainnya yang wajib kita hargai dan hormati.
Kakak pembimbing bilang hari ini ialah jadwal berbelanja. Huah! Senang! Biasanya, sehari hari hanya berkutat di Lykia World. Kami diberi waktu untuk belanja. Terbayangkah bagaimana hebohnya kami berbelanja. Secara, Kak Andris, pembimbing kami dari AVARA bilang hari ini adalah hari pertama dan terakhir kami diberi waktu untuk belanja. Ya sudah pasti, kami manfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.
Tibalah waktu dimana kami bertemu orangtua asuh kami yang akan menampung kami selama seminggu kedepan. Tempat pertemuan kami dengan orangtua asuh kami ialah Sekolah Fethiye Gazi. Anak orangtua asuh kami yang kami sebut dengan saudara kami, bersekolah di Fethiye Gazi. Belum turun dari bis yang kami tumpangi, terlihat banyak anak-anak sebaya kami menunggu kehadiran kami dan menyambut kami dengan sangat meriah. Terharu melihat mereka yang sangat mengharapkan kedatangan kami.
Aku menemukan saudaraku. Ia bernama Merve. Kemudian kami jalan-jalan berkeliling melihat fethiye. Namun, kesulitan pertama yang aku rasakan ialah komunikasi. Saudaraku tak dapat berbahasa inggris. Dan aku? Bahasa Turkey hanya sekedar tahu. Jadi, yang kami andalkan ialah bahasa tubuh. Ternyata, masalahku tidak hanya terjadi padaku. Sebagian besar menghadapi masalah yang sama. Menjelang tenggelamnya fajar, kami dijemput oleh orangtua asuh masing-masing untuk pulang melihat rumah baru kami!
Sesampainya di rumah, aku dan Kak Dhira, kakak kelasku yang satu rumah denganku disambut dengan sangat baik oleh sanak saudara keluarga asuh kami. Jujur, kami kaget melihat rumahnya! Perkarangannya, model rumahnya yang kuno, dan segala macam lainnya yang menurut kami sedikit tak layak untuk ditinggali. Sabar. Namun, ketakutan kami sedikit teratasi melihat rumah dalamnya yang tak yang seburuk kami kira.
Esok harinya kami berangakat sekolah seperti anak disana pada umumnya. Rumahku dapat dibilang lumayan jauh. Sehingga kami, harus berangkat lebih pagi agar tidak terlambat datang ke sekolah. Aku dan Kak Dhira yang selalu mandi dahulu sebelum berangkat sekolah membuat kami terlambat. Karena pada umunya, anak disana tidak melakukan hal seperti kami sebelum berangkat ke sekolah. Sehingga, kami sering terlamat berangkat ke sekolah. Di sekolah, aku dan teman-teman beretemu kembali dan saling bercerita mengenai keluarga asuh kami masing-masing. Rata-rata, semuanya mengeluh dan menginginkan untuk pindah kembali ke Lykia World. Masalah baru lagi.
Di puncak permasalahan kami, kami meneteskan air mata. Ada sebagian kecil dari kami yang tidak tahan dengan homestay. Yang lainpun sama, namun mereka dan aku merasa bahwa homestay ialah jalan terbaik. Sangat banyak hal positif yang bisa kami dapatkan dari homestay ini. Tapi, kebijakan dari pihak festival ialah satu orang kembali ke hotel, semuanya harus pindah juga. Tapi, kalau satu orang homestay, semuanya homestay. Kami yang merasa iba dengan keluarga asuh kami - yang telah menerima kami dengan senang hati sangat memperjuangkan kelanjutan homestay. Namun di sisi lain, ada yang lebih parah lagi. Jika kita kembali ke hotel, nama Indonesia pun akan sedikit tercoreng oleh tinta jelek di mata mereka. Karena ketidak konsistenan kami. Dan bukan tidak mungkin kesempatan untuk tampil lagi di Turkey sangatlah kecil. Semua bercucuran air mata. Akhirnya, Kak Andris mengambil keputusan bahwa semuanya pindah ke hotel besok malam! Tangis pun semakin menjadi-jadi. Mulai saat itu, aku bertekad untuk membuat senang keluarga asuhku karena hari itu ialah hari terakhirku bersama mereka. Dengan sangat enggan aku ceritakan semua permasalahan yang terjadi. Mereka pun ikut menangis sedih.
Jadwal hari ini ialah parade dan menghadiri pembukaan di Ataturk Statue. Dan juga kunjungan ke kantor gubernur Fethiye. Indonesia diwakili oleh 3 orang. Dan salah satu dari mereka terpilih menjadi Ms. Festival. Yaitu Intan Jayanthi Prameswari. Lalu dilanjutkan oleh art competition yang diselenggarakan di Sultan Aqua. Alhamdulillah, Indonesia mendapatkan juara ke-3 dalam lomba gambar yang bertemakan liburan. Indonesia diwakili oleh Aditya Pradipta, kakak kelasku. Malamnya, tari piring dipercaya untuk tampil di gocek untuk pemilihan tarian yang akan ditampilkan besok di stadion kota. Menurutku, sebagai penari piring, aku telah memberikan yang terbaik yang ku miliki. Namun, takdir belum berkata baik. Mungkin, karena faktor jumlah orang yang terlalu sedikit, tarian kami kurang pantas untuk ditampilkan di stadion kota yang cukup besar.
Sebuah kegagalan kecil itu tidak begitu berarti bagi kami, sang penari piring. Karena mengingat penampilan kami yang sangat maksimal di gocek. Aku rasa itu penampilan terbaik kami. Bahkan lebih baik dibandingkan penampilan kami saat gelar pamit di Jakarta. Perjuangan kami belum selesai sampai disitu. Masih ada hari esok yang menunggu kami untuk membawakan tarian indah dan unik dengan hati yang tulus.
Jumat, 23 April 2010 ialah hari yang cukup mengangkan bagi kami. Karena hari ini ialah pembukaan resmi acara Children’s Fest ini. Disini kami akan berjalan di tengah-tengah stadion dan akan melihat penampilan-penampilan dari negara lain yang berhasil tampil di stadion kota ini. Maklum, kemarin setelah kami menari di gocek, kamu segera pulang sehingga kami tidak melihat tarian-tarian dari negara lain. Aku yakin mereka semua sama deg-degan nya dengan kami.
Dari Fethiye Gazi, kami berjalan bersama ke Stadion Kota. Kami mengularkan senjata pamungkas kami yaitu angklung. Kami tahu bahwa angklung ialah salah satu alat music tradisional Indonesia yang cukup internasional. Disamping itu, angklung ialah alat music yang sangat unik dan menghasilkan suara yang merdu dan enak didengar. Selama parade kami membunyikan angklung dengan teratur dan indah. Suaranya yang terdengar lantang menjadikan kami pusat perhatian orang-orang sekitar yang melihat kami. Senang sekali melihat penduduk Turkey yang sangat menyukai kami dan mendukung kami sepenuhnya. Semangat dari mereka sangat berarti bagi kami. Dan di saat itulah aku sadari bahwa Indonesia ialah negara yang eksis. Bangga berkecamuk didalam hati. Bangga menjadi salah stau warga Indonesia. Jiwa nasionalisme kami semakin bertambah dengan adanya festival ini, yang mengirim kami ke negeri luar membawa nama Indonesia. Bangga usdah pasti terlukis, namun tiba-tiba teringat bahwa kewajiban kami bertambah berat menjadi Indonesia Delegation. Karena, apapun yang kami lakukan akan mempengaruhi image Indonesia di mata dunia.


Perlombaan di turkey tahun ini, Indonesia diwakilkan oleh SD Islam Al Ikhlas. Adek kelas gue semua. DAN ALHAMDULILLAH BANGET INDONESIA GOT FIRST PLACE AGAIN!! Alhamdulillah..





Catatan: Kalo mau liat foto-foto gue selama disana bisa diliat di facebook gue " Dira Noveriani Hanifah "
lebih jelasnya juga bisa buka http://www.facebook.com/#!/media/set/fbx/?set=a.1486180553739.68227.1210675650

No comments:

Post a Comment

Silahkan comment sepuas Anda! Saya suka comment Anda! :D:D